Pelapisan dengan lilin pada buah dan sayuran telah dilakukan
sejak tahun 1920. Dimana bahan dari lilin tersebut terbuat bukan dari proses
kimiawi melainkan dari bahan alami seperti Carnauba Wax, daun Palem
Brasil, Candellia Wax, dari tanaman sejenis Euphorbia, Shellac jenis
food grade yang terbuat dari sejenis kumbang di India dan Pakistan. Di Amerika
bahan lilin tersebut harus disertifikasi keamananan (untuk dikonsumsi) oleh
badan yang khusus mengurusi konsumsi yaitu FDA (Food and Drug Administration).
Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika, seperti
dikutip dari Go Ask Alice, Senin (8/2/2010), lapisan lilin
yang banyak dipakai pada buah-buahan berasal dari bahan alami (non
petroleum-based) dan aman dipakai untuk semua jenis makanan.
Menurut Pantastico
(1986), pelapisan lilin merupakan usaha penundaan kematangan yang bertujuan
untuk memperpanjang umur simpan produk hortikultura. Pemberian lapisan lilin
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kehilangan air yang terlalu banyak dari
komoditas akibat penguapan sehingga dapat memperlambat kelayuan karena lapisan
lilin menutupi sebagian stomata (pori-pori) buah-buahan dan sayur-sayuran,
mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi sehingga dapat mengurangi kerusakan
buah yang telah dipanen akibat proses respirasi, dan menutupi luka-luka goresan
kecil pada buah. Pelapisan lilin dapat menekankan respirasi dan transpirasi
yang terlalu cepat dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat
mengurangi keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga dapat menunda proses
pematangan. Keuntungan lainnya yang diberikan lapisan lilin ini pada buah
adalah dapat memberikan penampilan yang lebih menarik karena memberikan kesan
mengkilat pada buah dan menjadikan produk dapat lebih lama diterima oleh
konsumen.
Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan,
untuk lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida. Berbagai
jenis fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan
pada buah selama penyimpanan, salah satunya adalah Benlate 50. Benlate termasuk
kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum Benomil dan
merupakan fungisida yang aman untuk digunakan (Juran, 1971). Menurut Chiang
(1973) dan Eckert (1996), pertumbuhan jamur pada buah yang disimpan akan
mempercepat kerusakan buah, meningkatkan proses respirasi pada buah sehingga
proses degradasi senyawa-senyawa makromolekul menjadi mikromolekul dan
molekul-molekul terlarut menjadi cepat. Penggunaan Benlate sangat efektif
menekan pertumbuhan jamur selama penyimpanan buah sehingga kerusakan buah
akibat pertumbuhan jamur dapat ditekan. Dengan demikian proses respirasi
berjalan lambat sehingga proses degradasi makromolekul juga lambat. Hal ini
mengakibatkan kehilangan bobot buah menjadi kecil, perubahan warna berjalan
lambat, total padatan terlarut menjadi sedikit serta kadar vitamin C dapat
dipertahankan karena proses oksidasi.
Menurut Eckert (1996),
penggunaan Benlate dengan konsentrasi rendah tidak mempengaruhi rasa dan
sekaligus dapat berfungsi sebagai bahan anti bopeng sehingga penampakan buah
lebih baik.
Tebal lapisan lilin
harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam
menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu
tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi akan tertutup. Apabila
semua pori-pori tertutup maka akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob,
yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2sehingga sel
melakukan perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan
proses pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal (Roosmani, 1975).
Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan,
pencelupan (30 detik) atau pengolesan (Pantastico, 1986).
Menurut Pantastico
(1996), pelilinan dapat mencegah kehilangan air 30 – 50 % dari kondisi umum.
Dengan konsentrasi lilin yang semakin tinggi menutupi permukaan buah maka
kehilangan air akibat transpirasi dapat dicegah sehingga persentase susut bobot
kecil. Semakin tinggi konsentrasi lilin mengakibatkan semakin kecilnya rongga
udara sehingga proses respirasi dan oksidasi semakin lambat dan proses
degradasi klorofil terhambat, dengan demikian perubahan warna buah semakin
lambat.
Berikut ini adalah
konsentrasi emulsi lilin optimal pada beberapa komoditas hortikultura yang
diberikan pada tabel 1. sebagai berikut :
Tabel
1. Konsentrasi
emulsi lilin optimal pada beberapa komoditas hortikultura
Komoditas
|
Konsentasi lilin
optimal (%)
|
AlpukatApel
Cabe
Jeruk
Kentang
Mangga Alphonso
Nanas
Pepaya
Pisang Raja
Wortel
|
48
12
12
12
6
6
6
9
12
|
Sumber : Balai
Hortikultura
Pelapisan lilin untuk
buah-buahan pada umumnya menggunakan lilin lebah yang dibuat dalam bentuk
emulsi lilin dengan konsentrasi 4% sampai dengan 12%. Sedangkan kepekatan
emulsi lilin yang ideal untuk buah alukat adalah emulsi lilin 4%. Untuk membuat
lapisan lilin 4 % dilakukan pencampuran emulsi lilin 12% dengan 2 bagian air.
Berikut ini adalah komposisi dasar emulsi lilin 12 % yang diberikan dalam tabel
2. sebagai berikut :
Tabel
2. Komposisi dasar
emulsi lilin 12%
Bahan Dasar
|
Komposisi
|
Lilin
lebahTrietanolamin
Asam oleat
Air panas
|
120 gram40 gram
20 gram
820 gram
|
Sumber : Balai
Hortikultura, 2002
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan
alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah
merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah madu (Apis
mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifusi sisir
madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan
mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang hancur dapat dijadikan lilin
atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa pengepresan dan sarang yang
hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian dipanaskan sehingga menjadi lilin atau
malam (Winarno, 1981). Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan
kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Lilin ini
berwarna putih kekuningan sampai coklat, titik cairnya 62.8-70 oC
dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah banyak digunakan
untuk pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat dan murah (Bernett,
1964). Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon
palem (Copernica Cerifera). Sedangkan lilin spermaceti adalah
lilin yang didapat dari kepala ikan paus (Phesester macrocephalus).
Lilin ini banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik (Bernett, 1964
dalam Pantastico 1986).
Menurut Dominica
(1998) diketahui bahwa kombinasi perlakuan suhu dingin (15-18 oC)
dapat memperpanjang umur simpan buah selama 7 hari. Salah satu contohnya adalah
jeruk pacitan, kesegaran buah dapat dipertahankan dengan pemberian lapisan
lilin 6% setelah disimpan pada suhu rendah (Nainggolan, 1992).
Emulsi lilin yang
dapat digunakan sebagai bahan pelapisan lilin harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu tidak mempengaruhi bau dan rasa yang akan dilapisi, mudah
kering dan jika kering tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin,
tidak menghasilkan permukaan yang tebal, mudah diperoleh, murah harganya, dan
yang terpenting tidak bersifat racun (Roosmani, 1975).
Cara
Pelapisan lilin untuk buah-buahan
Setelah buah dipanen,
buah disortir dengan baik dengan kematangan yang seragam, kemudian buah dicuci
dengan air bersih, dibersihkan dengan cara disikat untuk membuang segala
kotoran yang menempel pada kulitnya dimana tentu proses ini akan menghilangkan
lapisan lilin natural tersebut dan ditiriskan. Kemudian buah dicelupkan ke
dalam larutan lilin benlate dengan konsentrasi tertentu selama 1 menit, lalu
ditiriskan kembali. Selanjutnya buah dicelupkan kedalam emulsi lilin selama 30
detik, ditiriskan dan diangin-anginkan agar cepat kering dan pelapisan merata.
Lilin yang digunakan untuk memoles sekitar setengah kilogram dan dapat
digunakan untuk memoles sampai sekitar 160.000 buah atau sekitar 2 tetes lilin
sudah cukup untuk melapisi 1 buah.